Newsletter April 2022 - Vol. 73

Percepatan Transformasi Digital, Kominfo Gandeng Asosiasi Healthteach Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemKominfo) mendorong kerja sama dan kolaborasi dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia.
Caranya yaitu dengan mengakselerasi transformasi digital pada 4 pilar, yaitu infrastruktur digital sebagai fondasi, pilar masyarakat digital, ekonomi digital dan pemerintahan digital.
Pemerintah juga tengah menyelesaikan peta jalan Indonesia digital tahun 2021-2024 sebagai panduan dalam percepatan transformasi digital di Indonesia.
Di sektor kesehatan, Kominfo melakukan berbagai upaya transformasi digital seperti penguatan infrastruktur telekomunikasi digital.
“Sehingga masyarakat mendapatkan akses internet yang merata dalam pemanfaatan layanan kesehatan digital termasuk telemedicine dan on demand healthcare,” ujar Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo I Nyoman Adhiarna.
Nyoman mengatakan Kominfo juga terus memperkuat kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama dalam meningkatkan adopsi teknologi digital.
Kominfo juga bekerjasama dengan Asosiasi Healthteach Indonesia (AHI) dalam mendorong sosialisasi dan pemanfaatan platform digital bagi tenaga kesehatan, sehingga mempercepat kompetensi dan kapasitas tenaga kesehatan dan masyarakat umum.
“Kominfo perlu mengadakan workshop adopsi teknologi rekam medis elektronik untuk transformasi digital rumah sakit. Sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat, tenaga kesehatan dan staf fasilitas kesehatan mengenai peran implementasi rekam medis elektronik pada fasilitas kesehatan,” sambungnya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 telah mendorong pengembangan solusi kesehatan melalui teknologi digital untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, serta peningkatan mutu pelayanan.
Selain telemedicine, penerapan teknologi digital juga telah digunakan pada sistem komputasi BPJS kesehatan, serta penerapan sistem terpadu rekam medis elektronik di rumah sakit.
Ketua Healthtech Indonesia, Gregorius Bimantoro menambahkan, banyak startup bidang kesehatan terus bertumbuh.
Pada 2018, baru ada 40 startup bidang kesehatan yang bergabung di AHI.
Kini sudah bertambah menjadi 120 startup kesehatan. Namun para startup ini memiliki kendala koneksi dengan bidang unit pelayanan kesehatan.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, dr. Latifa Hesty Purwaningtyas berpendapat di tengah berkembangnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, informasi yang cepat dan akurat semakin menjadi kebutuhan utama, baik untuk pemerintah, para pengambil keputusan maupun masyarakat layanan kesehatan pada khususnya.
“Dengan digitalisasi maka kita akan mengurangi file-file yang menggunakan kertas. Dengan digitalisasi data akan lebih aman. Bagaimanapun rekam medis adalah data pribadi pasien. Di era digital ini semua serba efisien dengan teknologi informasi,” seru Latifa.
Sumber: JPNN, tanggal 27 Maret 2022
Diskominfo-SP Sulsel Integrasikan Sistem Manajemen Rumah Sakit untuk Maksimalkan Pelayanan
Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (Diskominfo-SP) Provinsi Sulawesi Selatan yang diwakili Bidang Aplikasi dan Informatika (Aptika) menggelar pertemuan. Dengan perwakilan rumah sakit daerah di Sulsel. Pertemuan digelar di Toraja Room Kantor Gubernur Sulsel, Rabu, 6 April 2022.
Pertemuan dibuka Kepala Diskominfo-SP Provinsi Sulsel Amson Padolo tersebut digelar terkait rencana pengintegrasian sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) di Sulawesi Selatan.
Ditemui selepas pertemuan tersebut, Kepala Bidang Aptika Diskominfo-SP Provinsi Sulsel Amran Aminuddin mengungkapkan, selama ini SIMRS yang ada di setiap rumah sakit berjalan sendiri-sendiri.
“Ketika dia berjalan sendiri-sendiri berarti yang mengetahui itu hanya rumah sakit masing-masing, sedangkan ke depannya Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) itu harus mengintegrasikan semua layanan yang ada. Keuntungannya, ini (integrasi) bisa menjadi bahan pengambilan keputusan yang akurat berbasis data oleh pimpinan,” ungkap Amran.
Ia menambahkan bahwa saat ini Pemprov Sulsel sedang mengembangkan Dashboard Pimpinan yang mengintegrasikan seluruh data-data yang ada di setiap perangkat daerah untuk bisa dijadikan data real time yang diketahui oleh gubernur.
“Kalau itu tidak terintegrasi, semua aplikasi itu tidak terintegrasi, baik layanan administrasi ataupun layanan publik tidak terintegrasi, maka program Dashboard Pimpinan tidak akan berhasil dengan baik dan tentu saja Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik yang ada di Sulsel,” tambahnya.
Lebih lanjut, mantan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Informasi dan Komunikasi Publik (Humas IKP) Diskominfo-SP Provinsi Sulsel ini menjelaskan bahwa implementasi pengintegrasian layanan tersebut telah dimulai sejak beberapa minggu yang lalu.
“Sekarang ini salah satu tahapan selanjutnya bahwa kita memanggil seluruh perwakilan rumah sakit, lalu kita akan mendata, mengevaluasi dan memonitor semua aplikasi yang saat ini berjalan. Setelah itu kita akan lihat potensi-potensi untuk mengintegrasikan semua aplikasi tersebut, karena aplikasi ini ada yang dibangun oleh vendor-vendor yang berbeda,” jelasnya.
Amran Aminuddin berharap seluruh aplikasi tersebut dapat terintegrasi dengan baik, sehingga nantinya bisa dijadikan basis data oleh pimpinan. Hal ini tentu berpengaruh positif dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan mengambil kebijakan yang terbaik berdasarkan hasil integrasi tersebut.
“Terus SPBE kita bisa meningkat juga, karena layanan publik yang tidak terintegrasi belum dianggap keberhasilan untuk sebuah Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik,” pungkasnya.
Oleh: Muhammad Yunus
Sumber: Suara Sulsel, tanggal 6 April 2022
Mudik Pakai Kendaraan Pribadi Wajib Isi e-HAC dan Vaksin, Berikut Syarat Lainnya
Bagi masyarakat yang ingin mudik lebaran Idul Fitri yang menggunakan kendaraan pribadi wajib mengisi e-HAC (Electronic-Health Alert Card) dan vaksin.
Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (DTO Kemenkes RI), Setiaji mengatakan, khusus bagi pelaku perjalanan dengan kendaraan pribadi, pemeriksaan akan diberlakukan sistem secara acak.
“Meski diberlakukan pengecekan secara acak, pelaku perjalanan dengan mobil atau motor pribadi diimbau tetap mengisi e-HAC sebagai tanggung jawab bersama untuk menghindari lonjakan kasus Covid-19 di berbagai daerah.” kata Setiaji, Selasa (12/4/2022) dikutip dari laman Kemenkes.
Selain mengisi e-HAC, pemudik juga wajib memenuhi syarat vaksin.
Hal tersebut tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 38 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Darat pada Masa Pandemi Covid-19, yakni:
- Menerapkan dan mematuhi protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handsanitizer;
- Wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat melakukan perjalanan dalam negeri;
- Pelaku perjalanan yang telah mendapatkan vaksinasi dosis ketiga (booster) tidak wajib menunjukan hasil negatif tes RTPCR atau Rapid Test Antigen;
- Pelaku perjalanan yang telah mendapatkan vaksinasi dosis kedua wajib menunjukkan hasil negatif Rapid Test Antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 1 x 24 jam atau hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 3 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai syarat perjalanan;
- Pelaku perjalanan yang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama wajib menunjukan hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 3 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai syarat perjalanan;
- Pelaku perjalanan dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid yang menyebabkan pelaku perjalanan tidak dapat menerima vaksinasi wajib menunjukan hasil negatif tes RT- PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu maksimal 3 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjalanan dan wajib melampirkan surat keterangan dokter dari Rumah Sakit Pemerintah yang menyatakan bahwa yang bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi COVID-19; atau
7. Pelaku perjalanan dengan usia di bawah 6 tahun dikecualikan terhadap ketentuan vaksinasi dan tidak wajib menunjukan hasil negatif tes RT-PCR atau Rapid Test Antigen, namun wajib melakukan perjalanan dengan pendamping perjalanan yang telah memenuhi ketentuan vaksinasi dan pemeriksaan COVID19 serta menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Oleh: Samir Paturusi
Sumber: Tribun News Kaltim, tanggal 21 April 2022
Chatbots dan Otomatisasi Terkait Dapat Mengatasi Kekurangan Staf, Triase Pasien
Teknologi ini juga dapat membantu pembelajaran dan pemulangan pasien, serta mengatasi kelelahan dokter, kata CEO Conversa Health Amwell.
Otomatisasi memiliki peran utama dalam mengubah pengalaman layanan kesehatan. Misalnya, banyak rumah sakit dan sistem kesehatan menggunakan otomatisasi untuk mengatasi masalah kekurangan staf dan secara efektif mengelola dan memilah pasien dalam jumlah banyak.
Salah satu jenis otomatisasi adalah chatbots dan teknologi terkait yang dapat mengotomatisasikan proses triase dan pengambilan indikasi, bersamaan dengan adanya materi pembelajaran dan pemulangan.
Misalnya, Northwell Health menerapkan diskusi medis dengan pasiennya. Sistem kesehatan menunjukkan tingkat keterlibatan 94% di antara pasien onkologi, dan 83% dokter mengatakan diskusi medis merupakan lanjutan layanan kesehatan yang dapat mereka berikan, pernyataan dari vendor teknologi chatbot sistem kesehatan, Conversa Health. Navigator layanan kesehatan juga berpendapat tambahan kenyamanan yang mereka dapatkan karena mengetahui respon pasien melalui chats.
Healthcare IT News bersama Murray Brozinsky, CEO Conversa Health, yang sekarang menjadi bagian dari vendor telehealth Amwell, untuk membahas bagaimana chatbots dan teknologi otomatisasi dapat mengatasi beban kekurangan staf; bagaimana alat tersebut dapat membantu pemberlajaran dan pemulangan pasien; bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk mengatasi kelelahan dokter; dan potensi pentingnya menggabungkan chatbots dan teknologi serupa dengan layanan kesehatan virtual dan tatap muka.
Tanya: Bagaimana chatbots dan teknologi otomatisasi dapat mengatasi beban kekurangan staf dan berpotensi mengelola dan memilah pasien dalam jumlah banyak?
Jawab:Bahkan sebelum pandemi, sebuah studi UCSF memproyeksikan secara global kekurangan 2,5 juta petugas kesehatan pada tahun 2030. Sekarang, karena tekanan dalam memberikan layanan kesehatan selama pandemi mendorong satu dari lima petugas kesehatan untuk meninggalkan profesinya – dan dengan jumlah dokter di layanan kesehatan primer yang akan pensiun meningkat secara dramatis pada tahun 2026 – masa depan pemberian layanan, pengalaman pasien, dan hasil kesehatan akan semakin bergantung pada dukungan otomatisasi.
Institusi layanan kesehatan akan menata ulang manajemen layanan kesehatan, transisi layanan kesehatan, dan koordinasi layanan kesehatan menggunakan teknologi berbasis data yang membantu tim layanan kesehatan merawat pasien secara proaktif dan membantu pasien melakukan layanan kesehatan mandiri yang semakin teredukasi.
Contoh yang bagus adalah, Northwell Health sistem kesehatan di New York yang menggunakan otomatisasi chats untuk membantu tim layanan kesehatan mereka tetap terhubung secara langsung dengan pasien selama masa pemulihan mereka setelah keluar dari rumah sakit.
Pasien berinteraksi dengan pendamping digital yang secara berkala memeriksa mereka atas nama tim layanan kesehatan mereka. Alat ini mengajukan pertanyaan tentang status kesehatan dan perkembangan perawatan mereka dan juga dapat melakukan pembacaan biometrik dari perangkat.
Alat ini menganalisis tanggapan pasien secara waktu nyata dan merekomendasikan apa yang harus dilakukan pasien selanjutnya untuk meningkatkan kemungkinan pemulihan mereka. Jika alat pendampingan ini menentukan bahwa pasien membutuhkan layanan kesehatan lebih, alat pendampingan ini akan memandu mereka ke tempat layanan kesehatan yang sesuai dengan memberi tahu tim layanan kesehatan untuk menelpon pasien, mengarahkan pasien ke kunjungan telehealth atau menjadwalkan janji temu langsung.
Alat otomatisasi cerdas seperti ini memberdayakan tim layanan kesehatan untuk fokus pada aktivitas yang memberikan nilai terbaik bagi pasien mereka. Mereka mengoptimalkan sumber daya dan pemanfaatan sistem.
Mereka juga mendukung pemberian layanan kesehatan yang lebih pribadi, yang meningkatkan pengalaman bagi pasien dan dokter – sekaligus mengurangi biaya. Dan itulah yang diinginkan pasien dan penyedia layanan: Penelitian menunjukkan lebih dari separuh pasien (54%) dan dokter (56%) mengharapkan ponsel cerdas menjadi titik kontak mereka dengan sistem kesehatan mereka.
Tanya: Bagaimana chatbots dan teknologi otomatisasi dapat membantu materi edukasi dan pemulangan pasien?
Jawab; Lebih dari separuh orang dewasa di AS yang masih hidup dengan kondisi kronis seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi atau asma, dan satu dari empat kondisi tersebut menghadapi kemungkinan berbagai kondisi kronis, seperti yang ditunjukkan data federal.
Kepatuhan terhadap rencana edukasi dan perawatan adalah cara yang sangat penting untuk membantu pasien mengelola kondisi ini dan menjalani kehidupan terbaik mereka. Sistem kesehatan dan penyedia layanan kesehatan lain yang menggunakan otomatisasi untuk secara berkala memantau pasien mereka – mengumpulkan dan menganalisis data pasien kualitatif dan kuantitatif – mengidentifikasi ketika mereka keluar jalur dan memberikan panduan yang relevan, dipersonalisasi, dan berbasis bukti pada waktu yang tepat dan memiliki peluang besar untuk digunakan.
Teknologi ini juga membantu sistem kesehatan mengembangkan hubungan pasien yang lebih dalam dengan meningkatkan jumlah titik kontak yang empatik, membantu, dan tepercaya yang mereka miliki dengan pasien mereka, yang memperkuat loyalitas dan retensi – penting pada saat persaingan bagi konsumen layanan kesehatan meroket dari penyedia layanan tradisional dan nontradisional.
Keterlibatan otomatisasi pasien secara otomatis memungkinkan institusi layanan kesehatan memanfaatkan kebijaksanaan pasien untuk meningkatkan hasil klinis lebih baik, operasional, dan keuangan yang lebih baik. Mereka menyediakan sistem kesehatan sebuah mekanisme yang kuat untuk memulai diskusi berkelanjutan dengan pasien mereka – dalam jumlah banyak – dan dengan tingkat yang diperlukan untuk menghindari komplikasi kesehatan yang tidak perlu.
Dengan informasi yang kami miliki, anggota tim layanan kesehatan dapat melakukan intervensi lebih awal dan membantu pasien menghindari efek samping dan perawatan rawat inap yang tidak perlu. Mereka juga dapat memberikan pelatihan yang diperlukan untuk menjaga agar pasien berisiko rendah tidak berisiko naik atau berisiko tinggi.
Potensi alat keterlibatan otomatisasi untuk meningkatkan hasil yang lebih baik setelah dirawat di rumah sakit yang utama. Hampir 20% pasien mengalami efek samping dalam waktu tiga minggu setelah keluar dari rumah sakit. Di tiga dari empat kasus, komplikasi ini dapat dicegah atau diperbaiki.
Tim medis dapat bekerja sama dengan teknologi layanan kesehatan virtual yang diotomatisasi untuk tetap dapat mengevaluasi kondisi pasien sebelum dan setelah keluar dari rumah sakit dan memberikan penjelasan, dukungan, dan petunjuk yang relevan agar mereka tetap patuh pada pengobatan. Dan jika dan ketika mereka tidak mengikuti pengobatan atau memerlukan rawat inap kembali, teknologi tersebut dapat memberikan tanda lebih cepat untuk intervensi yang tepat.
Tanya: Bagaimana chatbots dan teknologi otomatisasi dapat digunakan untuk mengatasi kelelahan dokter?
Jawab: Beban COVID-19 menyebabkan kelelahan dokter ke fase baru – satu dari lima dokter dan dua dari lima perawat mengatakan mereka akan meninggalkan profesi mereka dalam waktu dua tahun karena beban tersebut, sebuah studi yang dilakukan American Medical Association.
Diperkirakan bahwa dokter menghabiskan sebanyak 49% hari mereka di meja kerja. Mempertegas fakta ini, survei Medscape menemukan bahwa 59% dokter menyebutkan tugas-tugas birokrasi – seperti pencatatan rekam medis elektronik dan dokumen – sebagai kontributor utama kelelahan mereka.
Chatbot dan teknologi berbasis data dapat meringankan beban dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya di garda depan dengan mengotomatisasikan tugas yang lebih sesuai untuk komputer dan membebaskan tim medis untuk melaksanakan tugas mereka sesuai dengan keahlian mereka.
Alat dan chatbot yang diotomatisasi berfungsi sebagai perpanjangan 24/7 dari tim medis. Alat tersebut dapat mengurangi stres dan kecemasan pasien dengan membuat pasien merasa tidak terisolasi dan dengan memberikan penjelasan dan jawaban atas pertanyaan mereka. Alat tersebut membantu memastikan tes yang diperlukan tidak hanya memesan, tetapi pasien juga melakukannya.
Alat tersebut memandu pasien untuk mengambil langkah terbaik berikutnya bagi mereka dalam tindakan layanan medis mereka, apakah itu minum obat, datang ke janji temu atau menjalani pemeriksaan yang diperlukan. Alat tersebut membantu pasien tetap sehat dan menjadikan dokter pada posisi yang lebih baik untuk fokus pada pasien-pasien mereka.
Data yang dikumpulkan dari teknologi ini – data medis pasien – merupakan titik utama informasi bagi tim medis dan sistem kesehatan. Dalam proyek percontohan yang kami lakukan, 82% dokter mengatakan mereka akan merekomendasikan penggunaan teknologi chats medis kepada sesama dokter. Dan 83% melaporkan bahwa teknologi chats medis merupakan kepanjangan layanan medis yang mereka berikan kepada pasien.
University Hospitals (UH) di northeast Ohio menggunakan alat yang diotomatisasikan untuk skrining dan triase COVID-19, yang memungkinkan sistem kesehatan merespons pasien dengan gejala mirip COVID-19 dengan cepat serta menjaga keselamatan stafnya. Alat “HealthChecks Karyawan” UH dari jarak jauh melakukan skrining terhadap 29.000 karyawan setiap hari untuk gejala COVID-19, mengurangi beban dokter dan stafnya yang sudah dibebani banyak bekerja.
Tanya: Dapatkah Anda menjelaskan tentang pentingnya menggabungkan chatbots dan teknologi serupa dengan layanan kesehatan virtual dan tatap muka dan menjadikannya suatu pengalaman yang tanpa hambatan?
Jawab: Pasien menginginkan – dan berhak – atas akses ke layanan kesehatan berkualitas tinggi yang terjangkau kapan pun dan di mana pun mereka membutuhkannya. Sistem kesehatan dan penyedia layanan kesehatan lainnya perlu bertemu pasien di mana mereka berada – yang kebanyakan berada di rumah mereka – dengan pengalaman yang berharga bagi pasien dan mengurangi variabilitas layanan kesehatan serta meningkatkan hasil kesembuhan pasien. Dan mereka harus mencapai tujuan ini dengan kondisi tenaga medis yang sangat terbatas dan tekanan untuk mengurangi biaya.
Untuk melakukan ini, kami percaya pemberian layanan kesehatan akan semakin memadukan interaksi fisik, virtual, dan otomatisasi. Kuncinya adalah memadukan jumlah pasien, virtual, dan otomatisasi yang tepat untuk memaksimalkan pengalaman pasien dan hasil kesembuhan, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.
Tak dapat terhindarkan, hal ini mengarah pada platform berbasis data yang dirancang untuk membantu institusi layanan kesehatan untuk mengatur layanan kesehatan bagi setiap pasien di setiap tindakan medis mereka.
Kumpulan data yang sangat penting yaitu data kesehatan yang dihasilkan pasien: data vital yang dibawa pasien tentang kesehatan dan status kesehatan mereka yang tidak ada di tempat lain. Data ini termasuk hasil kesembuhan yang dilaporkan pasien, data biometrik, determinan sosial, data perilaku, dan data lain yang berubah-ubah seiring waktu.
Jika Anda mampu mengirim seseorang untuk duduk di rumah pasien setiap hari dan mengajukan pertanyaan serta memeriksa tanda-tanda vital, Anda dapat menggunakan informasi ini untuk menginformasikan layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Karena tidak ada sistem kesehatan yang mampu melakukannya – pasien juga tidak menginginkannya – sistem yang diotomatisasikan yang menggunakan chatbot akan menjadi sahabat setia pasien di masa depan.
Sistem ini akan melakukan pekerjaan berat – mengumpulkan data medis penting yang dihasilkan pasien, menggabungkannya dengan data pasien lain, menganalisisnya, dan merekomendasikan tindakan terbaik berikutnya untuk membantu mengatur perpaduan layanan kesehatan yang tepat untuk setiap pasien.
Kami tahu bahwa kami telah berhasil menjadikan ini suatu pengalaman tanpa hambatan ketika alih-alih mengacu pada perpaduan pengalaman pasien, virtual, dan otomatisasi, atau layanan kesehatan hibrida, kami menyebutnya layanan kesehatan.
Oleh: Bill Siwicki
Sumber: Healthcare IT News, tanggal 21 April 2022
MoHAP (Kemenkes Saudi Arabia) dan AWS Menandatangani Nota Kesepakaan Tentang Rekam Medis Elektronik Berbasis Cloud
MoHAP (The Ministry of Health and Prevention / Kemenkes Saudi Arabia) telah menandatangani nota kesepakatan (MoU – Memorandum of Understanding) dengan Amazon Web Services (AWS) untuk meningkatkan kerja sama bilateral, menyelenggarakan lokakarya tentang pembuatan sistem rekam medis elektronik berbasis cloud.
Portal layanan kesehatan yang berfokus pada layanan kesehatan masyarakat sesuai dengan standar terbaik internasional dengan mengevaluasi strategi komunikasi saat ini yang juga akan dibuat.
Penandatanganan tersebut dilakukan di sela-sela keikutsertaan MoHAP di Arab Health 2020 yang digelar di Dubai pada 24 hingga 27 Januari.
MoU tersebut meliputi bidang sistem rekam medis elektronik, strategi data dan portal layanan kesehatan yang berfokus pada penyediaan layanan kesehatan terbaik bagi seluruh masyarakat.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari komitmen kementerian untuk mendukung transformasi digital serta membangun keahlian dan kemampuan untuk memperbarui kebijakan pemberdayaan di bidang cloud computing pada fasilitas layanan kesehatan, sehingga mendorong inovasi teknologi yang telah mengukuhkan posisi Saudi Arabia sebagai pusat perkembangan global serta contoh terdepan pemerintah berbasis digital.
“Proyek ini akan memperkuat pertukaran pengalaman dan praktik global terbaik. Ini adalah bagian dari komitmen kementerian untuk memastikan keunggulan dalam penerapan praktik terbaik berdasarkan data, untuk mengimplementasikan cara terbaik dalam perencanaan strategis dan pengambilan keputusan, berdasarkan basis data yang membantu mengevaluasi dan mengukur kinerja layanan kesehatan,” kata Abdullah Ahmed Ahli, Acting Assistant Undersecretary dari Sektor Support Services.
Beliau menggarisbawahi bahwa basis data merupakan salah satu elemen terpenting dalam mengembangkan rencana dan kebijakan serta memastikan distribusi sumber daya dan layanan kesehatan yang ideal secara efektif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan memperbarui indikator kesehatan.
Ali Al-Ajmi, Direktur Digital Health Department di Kementerian Kesehatan, mengatakan MoU tersebut meningkatkan kerja sama dalam menciptakan sistem rekam medis elektronik berbasis cloud computing, mendefinisikan strategi data kesehatan saat ini dan penggunaan data yang optimal, serta memberikan saran tentang kepatuhan terhadap persyaratan sistem rekam medis elektronik berbasis cloud, yang sedang diterapkan Kementerian di seluruh negeri.
Al-Ajmi menambahkan bahwa kementerian sedang bekerja untuk mengidentifikasi sumber data saat ini, alur, dan hasil yang ditargetkan dari pendekatan berbasis data untuk pengambilan keputusan. Hal ini dicapai dengan menguraikan penggunaan teknologi saat ini dalam mengatur komunikasi tentang layanan kesehatan untuk masyarakat dan memungkinkan AWS untuk meninjau dan memberikan umpan balik tentang komputasi cloud di sektor layanan kesehatan, dan bagaimana sistem RME (Rekam Medis Elektronik) saat ini disetujui oleh kementerian.
Oleh: TradeArabia News Service
Sumber: Trade Arabia, tanggal 27 January 2022